√ Penemuan Pendidikan
SUMBER |
A. Definisi Inovasi Pembelajaran
Secara sederhana, penemuan dimaknai sebagai pembaruan atau perubahan dengan ditandai oleh adanya hal yang baru. Upaya untuk mencari hal yang gres itu, mungkin disebabkan oleh beberapa hal antara lain, dalam upaya memecahkan masalah yang dihadapi seseorang atau kelompok. Dengan demikian suatu wangsit atau temuan yang gres atau perubahan gres tetapi kurang membawa dampak kepada upaya pemecahan masalah, tidak sanggup diartikan sebagai inovasi. Inovasi sebagai suatu ide, gagasan, praktik atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang gres oleh seseorang atau kelompok orang untuk ditiru dan diadopsi. (Wahyudin, 2012)
Masih berdasarkan Wahyudin (2012: 220), penemuan intinya merupakan hasil pemikiran yang bercirikan hal yang baru, baik berupa praktik-praktik tertentu, atau berupa produk dari suatu hasil olah pikir dan olah teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan masalah yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan menjadi lebih baik. Dalam bidang pendidikan misalnya, untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi, telah banyak dilontarkan model-model penemuan dalam aneka macam bidang, antara lain; perjuangan pemerataan pendidikan, peningkatan mutu, peningkatan efisiensi, dan efektivitas pendidikan serta relevansi pendidikan. Yang kesemuanya dimaksudkan biar difusi penemuan yang dilakukan bisa diadopsi dan diamnfaatkan untuk perbaikan dan pemecahan pendidikan di negeri ini. Adapun beberapa teladan penemuan antara lain: acara berguru jarak jauh, administrasi berbasis sekolah, pengajaran kelas rangkap, pembelajaran kontekstual, pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Sedangkan, difusi penemuan dimaknakan sebagai penyabarluasan dari gagasan penemuan tersebut melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan memakai saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu diantara anggota sistem sosial masyarakat.
Menurut Mubiar Agustin (2011: 82) didalam bukunya menyatakan bahwa pembelajaran ialah suatu perjuangan yang sengaja melibatkan dan memakai pengetahuan professional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Adapun pendapat Gagne yang dikutip oleh Mubiar (2011: 82) bahwa definisi pembelajaran ialah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi seragkaian kejadian yang dirancang, disusun dengan sedemikian rupa untuk mensugesti dan mendukung terjadinya proses berguru siswa.
Sehingga sanggup disimpulkan bahwa penemuan pembelajaran ialah suatu usaha-usaha baru, baik berupa pemikiran ataupun berupa praktik-praktik yang dilakukan oleh guru, guna untuk menawarkan pengajaran yang lebih relevan sehingga para penerima didik pun sanggup memperoleh ilmu dengan lebih luas.
Dalam bidang pendidikan, berdasarkan Wayudin (2012: 221) banyak perjuangan yang dilakukan untuk kegiatan yang sifatnya pembaruan atau penemuan pendidikan. Inovasi pendidikan tersebut antara lain dalam hal administrasi pendidikan, metodologi pembelajaran, media, sumber belajar, training guru, implementasi kurikulum, pembelajaran dan sebagainya. Dalam kajian unsur inovasi, paling tidak ada empat unsur penemuan yang akan dibahas yaitu: inovasi, saluran komunikasi, waktu dan proses inovasi, serta sistem sosial.
B. Unsur, dan Ciri Inovasi Pendidikan
1. Hakikat dan Batasan Inovasi
Secara sederhana penemuan ialah perubahan kearah yang baru, sedangkan difusi ialah proses perembesan sesuatu yang gres dengan menekankan pada aspek filterasi. Dengan demikian, difusi penemuan dimaknakan sebagai penyebarluasan dari gagasan penemuan tersebut melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan memakai saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu diantara anggota sistem sosial masyarakat. Jika kita analisis bahwa suatu hasil olah pikir, olah ide, olah teknologi hingga menghasilkan suatu penemuan tertentu, maka selanjutnya kita perlu memikirkan batasan-batasan waktu. Dan khusus dalam bidang pendidikan, aspek batasan waktu sanggup dijadikan sebagai indikator penting dalam membicarakan suatu hasil penemuan tertentu. (Wahyudin, 2012: 221)
Masih berdasarkan Wahyudin, para mahir bergotong-royong telah banyak melaksanakan analisis berkenaan dengan hal penemuan dalam bidang pendidikan. Adanya keragaman dalam definisi penemuan tersebut ialah sesuatu yang masuk akal diubahsuaikan dengan kajian ataupun focus yang menjadi sentra perhatiannya. Seperti Evveret M, menyebut penemuan sebagai suatu ide, gagasan, praktik atau objek/benda yang disadari, dan diterima sebagai suatu hl yang gres oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi. Berbeda dengan mahir lain ibarat Stephen Robbins yang menyebut penemuan sebagai suatu gagasan gres yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses, dan jasa.
2. Inovasi Pendidikan
Santosa S. Hamidjojo menyatakan bahwa penemuan pendidikan sebagai suatu perubahan yang gres dan secara kualitatif berbeda dari hal sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu, termasuk dalam bidang pendidikan. Inovasi tidak hanya sekedar terjadinya perubahan dari suatu keadaan kepada keadaan lainnya. Dalam perubahan yang tergolong inovasi, disamping terjadi yang gres mesti terdapat unsur kesengajaan, unsur kualitas yang lebih baik dari sebelumnya dan terarah pada peningkatan aneka macam kemampuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. (Wahyudin, 2012: 223)
Masih didalam Wahyudin, Inovasi pendidikan intinya merupakan suatu perubahan ataupun pemikiran cemerlang dibidang pendidikan yang bercirikan hal baru, atau berupa praktik-praktik pendidikan tertentu, atau berupa produk dari suatu hasil olah pikir dan olah teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan masalah pendidikan yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan pendidikan, atau proses pendidikan tertentu yang terjadi di masyarakat.
3. Difusi Inovasi Pendidikan
Wahyudin (2012: 224) secara umum difusi penemuan dimaknakan sebagai penyebarluasan gagasan penemuan tersebut melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan memakai saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu diantara anggota system sosial dalam masyarakat. Ada keterkaitan erat antara difusi, inovasi, dan komunikasi. Oleh lantaran difusi ialah proses komunikasi untuk menyebarluaskan gagasan, ide, karya dan sebagainya, sebagai suatu produk penemuan maka aspek komunikasi menjadi sangat penting dalam menyebarluaskan gagasan, ide, ataupun produk tersebut. Inovasi dalam bidang pendidikan dilakukan dalam upaya sengaja untuk memperbaiki suatu keadaan atau kondisi tertentu dalam bidang pendidikan, baik dalam bentuk ide, praktik, ataupun produk gres untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan pendidikan secara efektif, dan efisien.
4. Ciri Inovasi Pendidikan
Inovasi pendidikan merupakan pemikiran cemerlang yang bercirikan hal gres atau berupa praaktik-praktik tertentu, baik berupa produk maupun berupa olah pikir yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan masalah yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan tertentu, atau proses tertentu didalam masyarakat. Difusi penemuan pendidikan sering diartikan sebagai penyebarluasan gagasan penemuan pendidikan tersebut melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan memakai saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu diantara anggota system sosial masyarakat. Denga demikian, difusi penemuan pendidikan ialah suatu proses untuk mengomunikasikan suatu penemuan dalam bidang pendidikan kepada suatu anggota system sosial melalui saluran komunikasi tertentu dan berlangsung sepanjang waktu. (Wahyudin, 2012)
Menurut B. Miles yang dikutip Wahyudin (2012: 234) ciri-ciri penemuan termasuk penemuan pendidikan mempunyai 4 hal utama diantaranya:
a. Memiliki kekhasan/khusus, artinya suatu penemuan mempunyai cirri yang khas dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk kemungkinan hasil yang diharapkan. Ciri khusus berarti acara penemuan bisa berdimensi makro dengan melibatkan banyak orang dengan rentang waktu yang lama. Namun ciri khusus juga bisa berdimensi mikro, sederhana, dengan melibatkan orang yang terbatas dengan durasi waktu yang terbatas pula. Hal utama bercirikan spesifik ialah suatu penemuan memunculkan kondisi khusus, dan bukan asal tersebar. Misalnya acara guru kelas rangkap (multi grade teachers), yang dianggap mempunyai ciri khusus dibanding dengan acara sejenis yang ada.
b. Memiliki ciri atau unsure kebaruan. Dalama arti, suatu penemuan harus mempunyai karakteristik sebagai buah karya dan buah pikir yang mempunyai kadar orisinalitas dan kebaruan. Dengan demikian, penemuan ini merupakan suatu proses penemuan baik berupa ide, gagasan, hasil, sistem, ataupun produk yang dihasilkan.
c. Program penemuan dilaksanakan melalui acara yang terencana. Dalam arti bahwa suatu penemuan akan dilakukan melalui suatu proses yang tidak tergesa-gesa, namun dipersiapkan dengan matang.
d. Inovasi yang digulirkan mempunyai tujuan, yaitu bahwa acara penemuan yang dilakukan harus mempunyai apa yang ingin dicapai, termasuk arah dan taktik yang bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut dicapai dari system penemuan yang dilakukan.
C. Adopsi dan Pelaksanaan Inovasi Pendidikan
1. Tahapan Pelaksanaan Inovasi
Ada beberapa tahapan proses keputusan inovasi, yaitu: (1) tahap pegetahuan, yaitu apabila individu/ kelomppok membuka diri terhadap adanya suatu inovasi, (2) tahap bujukan, yakni manakala individu atau kelompok mulai membentuk sikap menyenangi bahkan tidak menyenangi inovasi, (3) tahap pengambilan keputusan, yaitu tahap dimana seseorang/kelompok melaksanakan kegiatan yang mengarah kepada keputusan untuk mendapatkan atau menolak inovasi, (4) tahap implementasi, yaitu ketika seseorang atau kelompok menerapkan atau memakai penemuan itu dan (5) tahap konfirmasi, yaitu tahap dimana seseorang atau kelompok mencari penguatan terhadap keputusan penemuan yang dilakukannya. Dengan demikian proses adopsi penemuan akan dipengaruhi oleh sistem internal organisasi kemasyarakatan yang bersangkutan.
Organisasi atau tatanan kemasyarakatan yang baik dan stabil akan mengadopsi suatu penemuan dengan mempertimbangkan syarat-syarat, yakni: (1) mempunyai tujuan yang jelas, (2) mempunyai pembagian kiprah yang dideskripsikan secara jelas, (3) mempunyai kejelasan struktur otoritas atau kewenangan, (4) mempunyai peraturan dasar dan peraturan umum, (5) mempunyai pola korelasi informasi yang teruji. (Wahyudin, 2012: 234)
2. Peran Agen Perubahan
Dalam system sosial, salah satu komponen penting ialah pemimpin pendapat (opinion leaders) dan distributor perubahan. Sering kiprah pemimpin pendapat sangat berpegaruh pada sikap individu. Pemimpin pendapat ialah suatu tingkat dimana seseorang sanggup memengaruhi individu yang lainnya atau mengatur sikap individunya secara tidak formal kearah kondisi yang diharapkan sesuai dengan norma yang berlaku. Sedangkan distributor perubahan merupakan individu yang bisa memengaruhi pengambilan penemuan klien yang diharapkan pada agent perubahan. (Wahyudin, 2012: 236)
3. Percepatan Adopsi Inovasi
Menurut Wahyudin (2102: 236) bahwa tingkat percepatan adopsi suatu hasil penemuan akan sangat bergantung pada beberapa faktor. Derajat adopsi tersebut sangat bergantung pada karakteristik atau ciri dari penemuan itu sendiri. Karakteristik penemuan yang sangat memengaruhi derajat adopsi tersebut sangat bergantung pada:
a. Adanya laba relatif artinya hingga sejauhmana suatu penemuan yang diperkenalkan memberi manfaat dan laba bagi perorangan atau masyarakat yang akan mengadopsinya.
b. Memiliki kekompakkan dan kesepahaman, artinya hingga sejauhmana penemuan bisa sejalan dan kompak dengan sistem nilai yang ada, ataupun sejalan dengan pengalaman masa kemudian masyarakat yang mengadopsinya.
c. Memiliki derajat kompleksitas, artinya hingga sejauh mana derajat kompleksitas, kesukaran dan kerumitan suatu produk penemuan dirasakan oleh masyarakat. Dengan demikian maknanya, semakin kecil derajat kerumitan atau semakin mudah dicerna dan dipahami suatu hasil penemuan tersebut, maka akan semakin besar kemungkinannya untuk diadopsi oleh perorangan atau masyarakat.
d. Dapat dicobakan, artinya hingga sejauhmana suatu penemuan sanggup diujicobakan keandalan dan manfaatnya. Suatu hasil penemuan sanggup dengan mudah diadopsi, manakala hal tersebut sanggup dengan dilihat dan diuji cobakan melalui pengalaman lapangan.
e. Dapat diamati, yaitu hingga sejauhmana suatu hasil penemuan sanggup diamati. Suatu mudah suatu hasil penemuan diamati, maka akan semakin tinggi peluang hasil penemuan yang dihadapi.
4. Penemuan Kembali (Re-invention)
Secara sederhana, re-invention ialah penemuan kembali, sesudah melalui modifikasi. Dalam bidang pendidikan, proses penemuan kembali ini lazim dilakukan dalam penemuan pendidikan yang dilaksanakan. Misalnya pada tahun 1980-an, dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dasar di Indonesia diujicobakan pendekatan pembelajaran melalui Sistem Pembinaan Cara Belajar Siswa Aktif (SPP-CBSA). Pada tahun 2000, melalui acara peningkatan mutu pendidikan dasar digulirkan Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan menyenangkan (PAKEM) sebagai bentuk perubahan, penyesuaian, dan modifikasi yang menghasilkan proses re-invention dari CBSA. (wahyudin, 2012: 238)
Suatu ilustrasi misalnya, salah satu alasan mengapa terjadi penemuan kembali (re-invention), lantaran adanya penemuan yang kuat darri adopter yang berkeinginan menjadi “pelaku” dan bukan sekedar “pelaksana” dari suatu wangsit baru. Para adopter itu berkeyakinan bahwa mereka lebih memahami dan mengathui kondisi local ketimbang para distributor pembaru (agent of change) yang datang. Dalam konteks inilah, penemuan kembali merupakan hal yang penting, dimana penemuan diubah dan diubahsuaikan dengan situasi setempat.
D. Inovasi Kurikulum Di Indonesia
Menurut Arifin (2012: 312) didalam bukunya menyatakan bahwa dalam pengembangan sistem pendidikan di Indonesia telah dilakukan aneka macam upaya penemuan kurikulum dan pembelajaran, ibarat perubahan tujuan kurikulum, pembiasaan materi dan waktu, reorientasi pendekatan, dan taktik pembelajaran, serta system penilaian. Untuk itu sering dilakukan percobaan-percobaan atau studi kasus pada sekolah tertentu. Apabila dari percobaan ini memperlihatkan hasil yang baik, maka selanjutnya dituangkan dalam suatu kebijakan nasional untuk dipakai di seluruh Indonesia. Masalahnya ialah mengapa penemuan kurikulum dan pembelajaran di Indonesia harus dilakukan. Dan ada beberapa pertimbangan perlunya penemuan kurikulum di Indonesia yaitu, Pertama relevansi, yaitu masih tidak adanya ketidaksesuaian antara kurikulum yang dipakai dengan kebutuhan di lapangan. Kedua, proses dan hasil berguru di Indonesia masih sangat rendah –sesuai dengan indikator-indikator tertentu-. Ketiga masalah pemerataan. Pembangunan pendidikan di Indonesia hingga dikala ini memang masih kurang merata. Di satu sisi, pendidikan di kota sanggup berjalan dengan baik sesuai dengan tuntutan kurikulum, sementara di sisi lain, di kota kecil ataupun di desa masih sangat ketinggalan. Hal ini mungkin disebabkan lantaran di kota besar pembangunan infrastruktur sudah tersedia sehingga kurikulum sanggup berjalan dengan baik. Dan sesudah bentuk atau wujud penemuan kurikulum itu ada, kemudian dilaksanakan dalam situasi yang sebenarnya. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya:
1. Faktor Guru (pendidik)
Guru sebagai ujug tombak dalam pengembangan kurikulum merupakan pihak yang sangat besar lengan berkuasa dalam proses pembelajaran. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat memilih keefektifan kurikulum baik disekolah maupun diluar sekolah. Oleh lantaran itu, guru mempunyai kiprah utama dan pertama baik sebagai pendidik sebagai pembimbing, pengajar, pelatih, pelaksana, maupun sebagai innovator kurikulum.
2. Faktor Peserta Didik
Program pembelajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam implementasi kurikulum di sekolah. Program pembelajaran merupakan belahan yang tidak sanggup dipisahkan dalam kurikulum sebagai suatu system. Faktor ini harus diperhatikan lantaran hasil penemuan kurikulum pada hasilnya disusun dalam acara pembelajaran.
3. Faktor Fasilitas
Fasilitas, termasuk sarana dan prasaranya tidak bisa diabaikan dalam penerapan penemuan kurikulum. Fasilitas merupakan hal yang turut memengaruhi kelangsungan suatu penemuan yang akan diterapkan.
4. Faktor Lingkungan Sosial Masyarakat
Masyarakat secara eksklusif maupun secara tidak langsung, sengaja maupun tidak disengaja terlibat dalam penemuan kurikulum. Pada dasarnya, tujuan penemuan kurikulum ialah mengubah masyarakat menjadi lebih baik, terutama masyarakat dimana penerima didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat disekitarnya, penemuan kurikulum tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak.
E. Ruang Lingkup dan Bentuk Inovasi Kurikulum
Menurut Arifin (2012: 313) didalam bukunya menyatakan bahwa secara garis besar, ruang lingkup penemuan kurikulum terdiri atas, tujuan kurikulum, struktur kurikulum, isi/materi pembelajaran, proses pembelajaran, dan system penilaian. Tujuan kurikulum bersumber dari setiap mata pelajaran. Jadi, setiap jadi perubahan mata pelajaran, maka setiap itu pula terjadi perubahan tujuan kurikulum. Susunan mata pelajaran ini biasanya disebut dengan struktur kurikulum. Hampir setiap pergantiankurikulum selalu terjadi perubahan struktur kurikulum. Misalya pada tahun 1975, struktur kurikulum mengalami perubahan yang sangat mendasar, mulai dari jenis mata pelajaran hingga dnegan organisasi kurikulumnya. Dalam kurikulum 1968, organisasi kurikulum yang dipakai ialah mata pelajaran yang terpisah-pisah, ibarat ilmu hayat, ilmu bui, dan berhitung. Sedangkan dalam kurikulum 1975, organisasi kurikulum yang dipakai ialah bidang studi, yaitu mata pelajaran yang serumpun difusikan menjadi satu bidang studi. Akibat organisasi kurikulum yang dipakai berbeda, maka struktur kurikulumnya juga berbeda.
Inovasi kurikulum juga menyangkut wacana materi. Selama ini kurikulum di Indoesia banyak memakai kurikulum berbasis isi, dan semenjak kurikulum 2004 gres memakai kurikulum berbasis kompetensi. Perubahan kurikulum ini menyebabkan perubahan paradigma terhadap proses pembelajaran, yaitu dari apa yang harus diajarkan (isi) menjadi apa yang harus dikuasai (kompetensi). Perubahan kurikulum ini juga membawa implikasi terhadap cara guru mengajar atau proses pembelajaran. Semula guru lebih menenkankan pada selesainya pokok bahasan (isi), tetapi melupakan hasil, tetapi kini justru lebih menekankan pada hasil.
F. Beberapa Hasil Inovasi Kurikulum
Menurut Wahyudin (2012: 248) didalam bukunya menyatakan bahwa perubahan-perubahan dan pergantian-pergantian kurikulum semenjak tahun 1960-an hingga tahun 2007 yang kemudian telah banyak dirasakan, perubahan ini merupakan hasil berfikir dan merupakan produktivitas bagaimana penemuan dalam pembiasaan kurikulum yang selalu dituntut oleh masyarakat sanggup dilakukan. Alasan mengapa perubahan atau penemuan ini sanggup terjadi, salah satunya ialah hasil penilaian kurikulum.
Inovasi kurikulum ini bergotong-royong terjadi dan dilakukan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan bahkan untuk tingkat penemuan satuan pembelajaran pun sangat banyak penemuan yang dilakukan. Berikut ini ada beberapa hasil penemuan berikut ini, yakni:
1. KTSP
2. KBK
3. Kurikulum 2007
4. Broad Based Curriculum
5. Kurikulum Sistem Ganda (KSG)
6. Kurikulum Muatan Lokal
Selain nama-nama kurikulum hasil penemuan diatas bergotong-royong masih banyak produk dari kurikulum ini yang secara internal dalam institusi akademik, maupun simpel sanggup kita temui di lapangan.
G. Beberapa Hasil Inovasi Pembelajaran
Sampai dikala ini beberapa temuan gres yang merupakan hasil dari penemuan pembelajaran sudah sangat banyak, diantaranya ialah yang disebut dengan Based learning, LCBT, ICARE, dan pembelajaran berbasis computer dengan bentukbentuk model Tutorial, Simulasi, games, dan Biological Communication Based Learning.
1. Model Pembelajaran Brain Based learning
Model pembelajaran Inovasi ini berkembang sebagai hasil dari penelitian yang dilakukan oleh pakar “Belajar Otak” dari Eric Jensen. Model ini menawarkan dasar masukan bagi para pengembang pembelajaran yang selama ini masih memakai dasar ilmu psikologi. Dengan demikian, model ini merupakan model supplement terhadap model pembelajaran yang mengandalkan landasan psikologi perkembangan, psikologi pembelajaran, dan teori-teori belajar. Aspek yang ditelaah dari penemuan ini, yaitu aspek keunggulan otak insan yang diasumsikan mempunyai dukugan kuat terhadap gejala-gejala psikologis yang selama ini terlihat dari bentuk dan performance siswa ketika mengkuti pembelajaran.
2. Model Pembelajaran LCBT
Model pembelajaran Lateral Computer Base Tutorial (LCBT), ini intinya menerapkan prinsip model latihan dan tutorial dengan melalui penerapan berfikir lateral atau loncatan berfikir yang didukung kemampuan visual dalam memahami informasi pembelajaran dari layar computer. Model pembelajaran yang diharapkan masih berorientasi dalam rangka meningkatkan motivasi dan kreativitas, serta kecepatan memahami materi yang tentunya tidak akan terlepas dari daya tarik visual, audio dan animasi serta kemampuan hand tools ketika penerima didik mengorganisasi pencarian pengetahuannya dalam computer. Demikian juga dalam prosesnya model yang dituntut bisa dikembangkan untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama ini sudah ditujukan kepada upaya membantu kecepatan (acclerated). Kecepatan ini terutama ditujukan pada kegiatan mengamati, memahami, hingga dengan menemukan, mengkonstruksi rumus hingga penerapan rumus dalam menuntaskan soal.
3. Model Pembelajaran ICARE
Kata ICARE ini merupakan abreviasi dari (1) Introduction (pengenalan), (2) connect (menghubungkan), (3) Apply (menerapkan dan mempraktikkan), (4) Reflect (merefleksikan), dan (5) extend (memperluas dan evaluasi).
a. Tahap pertama: Introduction (pengenalan)
Ada dua objek penting dalam tahap ini. Yang pertama, menginformasikan rumusan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kedua, menginformasikan bagaimana materi yang akan disajikan sesuai dengan materi secara keseluruhan.
b. Tahap kedua: Connect (Menghubungkan)
Tahap ini menghubungkan informasi dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan informasi yang akan disajikan atau informasi baru.
c. Tahap ketiga: Apply (mengaplikasikan)
Tahap ini pembelajaran dilakukan secara interaktif dan mengaplikasikan bahan/materi yang diajarkan dengan persoalan-persoalan positif yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya kegiatan ini dilakukan melalui proses berguru aktif dan melalui serangkaian praktik.
d. Tahap keempat: Reflect (refeksi)
Yaitu bagaimana membantu siswa mengorganisasikan pikiran dan pemahaman materi yang telah dicapainya dengan memberi kesempatan untuk memperluas informasi yang telah diperoleh. Hal lainnya guru bisa menawarkan kesempatan yang seluas-luasnya biar siswa sanggup berefleksi dan mengartikulasikan pengetahuan yang telah didapatnya dalam implementasi yang lebih nyata.
e. Tahap kelima: Extend (melanjutkan)
Ada dua kegiatan utama dalam tahap utama ini. Pertama, guru melaksanakan serangkaian penaglaman berguru suplemen yang bisa memperkaya pengetahuan yang telah dicapai siswa, terutama bagi siswa yang diyakini telah menguasai bahan/materi yang telah diajarkan. Sedangkan bagi kelompok siswa yang diyakini masih mempunyai kesulitan dan masih belum menguasai materi secara keseluruhan, tahap ini bisa dianggap sebagai kegiatan remedial. Kedua, sebagai bentuk kegiatan evluasi, yaitu hingga sejauh mana para siswa sanggup menguasai materi yang telah diajarkan. Selain itu, guru pun bisa mengevaluasi hingga sejauh mana materi yang disiapkan bisa dilaksanakan dengan baik, dan bila diharapkan hasil penilaian ini bisa dianggap sebagai dasr bahan/materi yang akan diajarkan.
0 Response to "√ Penemuan Pendidikan"
Post a Comment